Jumat, 22 Mei 2015

Si Jelita



Priya tampan itu kelelahan setelah seharian berburu dihutan, ia berusaha mencari seteguk air untuk melepaskan dahaganya, dan hai apa itu?.... Pria itu terbelalak matanya melihat air sungai Gangga yang suci. Belum hilang rasa girang hatinya pria tampan itu kembali melihat keajaiban dunia, dilihatnya sosok wanita cantik berdiri disana.
“Kau gadis dari desa sini atau bidadari yang turun dari Kayangan?”, tanya pria tampan itu sambil memandang tak berkedip matanya.
Gadis itu tersenyum malu, hatinya terasa tersanjung, tak beda dengan gadis yang lain, ia sangat gembira mendapat pertanyaan dari pria tampan itu.
“namaku Dewi Gangga, benar kata Yang Mulia, aku gadis penunggu sungai Gangga yang suci ini, siapakah tuan disiang yang sangat menyengat ini  datang kesungaiku?”
Pria tampan itu terkejut, ia tak percaya dengan pandangan matanya sendiri, diusapnya matanya berkali-kali, tapi gadis itu memang ada dalam kenyataan bukan dialam mimpi,
“jadi kau Dewi Gangga penungu sungai suci ini?” tanya pria tampan ini sambil tersenyum
“benar tuan, akulah perempuan penunggu sungai suci ini”
Jagad dewa batara, inilah keelokan dunia yang aku saksikan untuk yang pertama kali dalam hidupku, bisik pria tampan itu dalam hati. Sambil meracik kata-kata yang pantas untuk diutarakan kepada gadis itu, pria tampan itu berusaha mendekat untuk memperkenalkan diri,
“namaku Sentanu, aku datang dari negeri Hastinapura”, kata pria tampan itu sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan
“jadi kaulah raja muda yang sangat bijak itu?”, tanya Gangga sambil menunduk hormat
“benar akulah orangnya, tapi jangan beri aku hormat yang berlebihan, akulah yang seharusnya memberi hormat kepadamu”
Saat itu juga dikedua hati insan itu ada gelombang asmara yang bergejolak tiada terkira, masing-masing mengakui bahwa orang yang dihadapannya adalah orang yang paling cocok untuk dijadikan suami atau isteri mereka.
Sabagai pria, Sentanu merasa harus berani lebih dulu mengutarakan isi hatinya, sudah bertahun-tahun ia keliling seluruh pelosok negeri mencari gadis idaman yang cocok untuk dijadikan permaisuri dan kini saatnya telah datang,
“Aku adalah pria yang paling malang didunia ini, sudah sekian tahun aku belum menemukan gadis yang sudi kujadikan permaisuri, maukah engkau menemaniku duduk disinggasana kerajaan Hastinapura?”
Mendengar ucapan raja muda itu Gangga hanya tersenyum penuh arti, Gangga ragu akan ketulusan cinta pria yang berada dihadapannya. Sudah berkali-kali Gangga mendengar ungkapan rasa cinta dari para raja tapi setelah mendengar permintaannya, para raja itu mundur teratur merasa tak kuasa memenuhi permintaannya.
“apakah tuan mau menuruti permintaanku?”, ucap Gangga sambil memalingkan wajah cantiknya
Mendengar ucapan Gangga itu hati Sentanu bergetar hebat, gerangan permintaan apa gadis cantik ini.
“kau punya keinginan apa, seandainya kau minta matahari dan rembulan aku sanggup menurunkan sekarang juga”, jawab Sentanu menyombongkan diri
“bukan itu permintaanku, aku hanya minta Tuanku yang mulia selalu menggembirakan hatiku, memanjakan segala keinginanku, aku tak senang apabila keinginanku dilarang meski itu hanya sekali, karena sekali aku dikecewakan aku akan pergi dari sampingmu”, jawab Gangga tegas
Sungguh aneh permintaan Gangga ini, sebagai seorang raja sudah selayaknya seluruh keinginannya harus dituruti oleh isterinya, tapi raja Sentanu mendapat permintaan dari calon isterinya justru sebaliknya.
“jadi aku harus terus menerus menuruti keinginan dan kemauanmu, meski keinginan itu tak wajar?”, tanya Sentanu minta kejelasan,
“benar Tuan Yang mulia”
Sentanu tak kuasa menolak permintaan Gangga, ia sudah jatuh cinta, biarlah kupertaruhkan kedudukanku sebagai raja asal aku bisa memperistri Gangga yang jelita ini.
Kedua insan yang dimabuk asmara itu sepakat untuk hidup sebagai suami isteri, raja muda dari negeri Hastinapura itu memboyong Dewi Gangga ke kerajaannya yang gemah ripah loh jinawi, Sentanu membayangkan akan punya banyak keturunan dari Dewi Gangga yang cantik ini.
Hari berganti menjadi minggu dan kini sudah menginjak bulan ketiga perkawinan mereka, Dewi Gangga kelihatan bertambah gemuk, bibit cinta kasih Sentanu yang ditanam dirahim Gangga telah tumbuh subur, Gangga telah hamil muda sehingga cinta kasih Sentanu semakin lengkap dan sempurna.
“Kakang Sentanu aku ingin mangga muda yang asam rasanya”, pinta Gangga manja sambil memeluk suaminya
Mendengar permintaan isterinya yang sedang hamil muda itu Sentanu dengan cekatan menuruti segala permintaannya, Sentanu ingat akan semua janjinya ketika akan memperisteri Dewi Gangga, ia tak boleh mengecewakan wanita cantik berbau harum itu. Dengan bersamadi sejenak dihadapan Gangga telah terhidang mangga muda yang sudah dikupas kulitnya.
“silahkan makan sepuasnya isteriku, ayo mintalah segala keinginanmu aku akan menurutinya”, ujar Sentanu
Dewi Gangga tersenyum, meski hatinya gembira namun disudut hatinya masih tersimpan keraguan apakah suaminya kelak mampu menuruti segala keinginan dan tidak melarang segala perbuatannya.
Usia kehamilan Dewi Gangga sudah hampir mendekati sembilan bulan lebih, kini ratu Hastinapura itu merasakan mual dan tanda-tanda akan melahirkan jabang bayi. Ia minta disediakan kamar khusus untuk melahirkan dan tak seorangpun perlu memberikan pertolongan dalam proses pesalinan, Gangga wanita penunggu sungai suci itu menjalani proses persalinan dengan mudah. Sentanu menunggu diluar dengan harap cemas. Kesukaannya berburu binatang dihutan sangat menganggu pikirannya, apakah anak yang akan lahir nanti seperti layaknya bayi yang normal?.
Tak terdengar rintihan kesakitan sama sekali, tak terdengar jerit bayi yang menangis, hati Sentanu semakin cemas adanya. pintu kamar terbuka lebar, Gangga yang sangat cantik keluar sambil membopong seorang bayi sambil berjalan menuju ke sungai Gangga.
Melihat ulah sang permaisurinya, raja Hastinapura itu hanya diam, ia ingat akan semua janjinya untuk tidak mengecewakan hati isterinya dan melarang segala tingkah lakunya. Dilihatnya istrinya menuruni sungai suci yang tenang itu dan, astaga,.. apa yang akan kau lakukan isteriku?, bisik Sentanu dalam hati.
Gangga mencium bayinya tiga kali dan dengan tenangnya ia menenggelamkan bayi yang tak berdosa itu. Melihat pemandangan yang aneh itu raja Hastinapura itu hanya bisa menahan diri, ia bisa memaklumi perbuatan isterinya yang sangat aneh, Gangga memang wanita penuh misteri. Sentanu hanya bisa menoleh kekanan dan kekiri, beruntung perbuatan isterinya tak diketahui rakyatnya, namun dalam hati ia bertanya bagaimana seandainya perbuatan kejam itu dicontoh wanita dinegeri ini?
Hati Sentanu sangat kecewa, namun tak berlangsung lama karena Dewi Gangga kembali menghibur dengan sikap dan pebuatannya yang bijak dihadapannya. Kini Gangga semakin cantik dan molek, dalam sekejap raja muda itu sudah terlena dengan belaian kasih dan rayuan Dewi Gangga. Cinta Sentanu mamang cinta buta karena cintanya bisa membutakan perbuatan jahat yang sebenarnya harus dikutuk dan dilaknat.Tapi Dewi Gangga memang wanita penuh misteri, belum genap dua bulan sejak kejadian sadis disungai Gangga itu, permaisuri yang sangat cantik itu telah hamil lagi dan sifat manjanya semakin menjadi-jadi.
“Kakang, aku telah hamil lagi”, ujar Gangga manja sambil sesekali menciumi pipi Sentanu.
Sentanu sangat puas hatinya, ternyata isterinya sangat subur sekali, seandainya aku punya anak delapan orang tentu  semua akan kujadikan raja besar dinegeri ini karena wilayah negeri Hastinapura sangat luas dan kaya raya.
Sentanu berharap kelahiran anaknya yang kedua kelak tidak seperti kejadian yang kemarin, ia ingin melihat dan menimang anaknya yang kelak diharapkan menjadi penerus garis keturunannya.
Kini hati Sentanu kembali cemas, mendekati saat–saat kelahiran putra yang kedua tingkah laku Dewi Gangga seperti yang dulu lagi. Ia minta disediakan ruangan khusus untuk proses persalinan dan tak seorangpun boleh menemani.
Kamar persalinan itu begitu lengang, tak sedikitpun ada suara Dewi Gangga yang merintih kesakitan atau jarit tangis penderitaan. Tak berapa lama permaisuri kerajaan Hastinapura itu keluar kamar sambil membopong bayi, luar biasa, wajah Dewi Gangga begitu sangat cantik dan tersenyum meninggalkan Sentanu yang berdiri keheranan. Gangga kembali menyusuri rumahnya yaitu sungai Gangga yang suci, disanalah Gangga akan kembali melakukan perbuatanya yang dianggap sadis dan tak patut dicontoh oleh penduduk negeri Hastinapura, ia menenggelamkan lagi bayi suci tak berdosa yang baru saja dilahirkan.
Untuk kedua kalinya hati Sentanu hancur berkeping-keping, namun Sentanu tak bisa berbuat banyak karena ingat akan janjinya dan Sentanu harus menahan rasa sabar kalau tak mau kehilangan isteri yang kesehariannya sangat bijak itu.
Apakah perbuatan ini akan dilakukan Dewi Gangga terus menerus?, hati Sentanu bimbang akan masa depan kerajaannya. Semestinya aku sudah bisa menimang dua orang bayi hasil perkawinanku, namun sampai sekarang tak ada dipelukanku. Untuk sedikit memberi jawaban pertanyaan dari rakyatnya saja sang raja harus terus berbohong tentang perbuatan isterinya.
Benar juga dugaan Sentanu, isterinya terus berperilaku kejam terhadap bayi-bayinya, sudah tujuh orang bayi ditenggelamkan didasar sungai Gangga yang suci. Kini Dewi Gangga sedang mengandung bayi yang kedelapan. Hati Sentanu telah bulat, anak yang kedelapan ini harus diselamatkan sebagai pewaris kerajaan Hastinapura, Sentanu telah kehabisan rasa sabar, ia tak hiraukan lagi dengan janji-janji suci kepada Dewi penunggu sungai suci itu.
“Isteriku yang cantik, selamatkan bayiku yang kedelapan ini”, ucap Sentanu agak kasar terhadap isteri yang dicintainya ketika Sentanu melihat bayi kedelapan itu dibawa kepinggiran sungai Gangga.
Dewi Gangga melihat suaminya sambil tersenyum, ada rasa sedih dan bahagia  menjadi satu.
“suamiku, tibalah saatnya kita harus berpisah, jodoh kita hanya sampai disini saja, bayi ini akan menjadi bayimu yang berumur panjang, kuberi nama bayimu ini Dewabrata, biarlah untuk sementara kuasuh dan kudidik sebagai kesatriya yang mumpuni dan kelak kalau sudah dewasa akan kuserahkan kepadamu”, ucap Dewi Gangga singkat sambil hilang dikedalaman sungai suci itu.
*****

Diterjemahkan secara bebas dari kitab Mahabarata karangan Wiyasa oleh

 Sumedi