Tahun 2014 relatif masih cukup lama, KPU masih
mengadakan verifikasi parpol yang akan ikut serta pemilu, meski demikian parpol
besar yang telah lama mendominasi kursi empuk Senayan sudah mulai mengelus
jagonya untuk bertarung di Pilpres. Partai Golkar telah menjagokan sang ketua
umum Aburizal Bakri (Ical) menjadi Capres, meski masih ada kontroversi
dijajaran DPP maupun DPDnya, juga Partai Hanura dengan langkah mantap
menjagokan Wiranto maju untuk kedua kalinya sebagai Capres, Partai Nasdem boleh
dikatakan pasti menjagokan Surya Paloh menjadi RI 1, tak ketinggalan partai
Gerindra yang sudah sangat percaya diri mengusung Prabowo Subiyanto menjadi
presiden RI yang ke 7. Meski masih malu-malu PDIP sedang mengelus putra mahkota
Puan Maharani menjadi presiden mengikuti jejak ibunya, atau mungkin Mega
sendiri yang ingin maju?. Tak
ketinggalan raja dangdut Roma Irama juga meramaikan bursa Capres. Kursi Senayan (DPR) dan kursi Presiden ternyata sangat
diminati para petualang politik dinegeri ini, tidak salah memang tapi
seyogyanya para kandidat itu bisa mawas diri, bisoa rumangsa aja rumangsa bisa, demikian ungkapan bahasa jawa
yang bermakna seseorang harus bisa mawas diri, berkaca diri, dan menanyakan
pada hati nuraninya serta mau menjawab sendiri secara jujur. Dilihat dari segi
usia, para kandidiat presiden ini sudah kakek-kakek dan nenek, bisa dikatakan
tidak muda lagi, (kecuali beberapa orang yang masih muda, misalnya Puan
Maharani), mereka bersikeras tetap mencalonkan diri karena punya kendaraan
politik yang akan ditumpanginya. Bagaimana dengan calon lain yang mungkin belum
mau memunculkan diri?. Sebut saja Jokowi gubernur DKI yang sekarang sedang
membenahi Jakarta, panstaskah dia seandainya ada pihak-pihak yang menjagokan
Jokowi sebagai Capres 2014?. Lepas dari Pro Kontra yang pasti ada, penulis akan
menilai Jokowi dari beberapa aspek:
Pertama, Jokowi sosok
yang sederhana, dia telah suskses mengelola bisnis mebelnya. Saya yakin Jokowi
maju dalam pilkada memperebutkan kursi
walikota dan guber nur DKI karena ingin menyumbangkan tenaga dan pikirannya.
Seandainya ia hanya berpikir untuk diri sendiri saja ia tak akan mau repot-
repot maju pilkada, bukankah pilkada juga mengeluarkan uang yang tak sedikit?,
dulu ketika menjabat sebagai walikota Jokowi tak pernah mau menerima gajinya.
Gaji itu diberikan kepada orang lain yang sangat membutuhkan bantuan. Kini
orang Jakarta telah sadar, ternyata faktor keserdahanaan seseorang lebih utama
dalam diri pribadi seorang pemimpin. Jokowi mau blusukan keluar masuk kampung
demi mengetahui kondisi riel sesegera
mungkin. Kedua faktor Kejujuran, meski sulit untuk mengetahui seseorang itu
termasuk jujur atau tidak, bisa dilihat dari track recordnya, pernahkah ada
koran yang memberitakan kecurangan Jokowi?. Hal ini bisa ditanyakan pula kepada
orang yang selama ini menjadi lawan politiknya. Kalau hanya ingin menumpuk
harta barang kali bisa lebih fokus pada perusahaan mebelnya. Ketiga Kecerdasan,
publik sudah banyak yang tahu, priya kurus tinggi ini sungguh ahli dalam
mengelola perusahaannya karena didukung kecerdasan otak yang cukup signifikan,
sampai- sampai stafnya banyak yang ketinggalan dalam mengikuti arah
kebijakannya. Pengalaman selama hampir tujuh tahun menjadi walikota, dan dengan
modal pengalaman sebagai gubernur DKI, serta ketiga aspek yang kami utarakan
diatas, Jokowi pantas dijagokan menjadi orang nomor satu dinegeri ini, tinggal
siapa yang bakal menyediakan kendaraannya?