Kamis, 06 Desember 2012

Jokowi; Ramuan Kesederhanaan, Kejujuran dan Kecerdasan

Tahun 2014 relatif masih cukup lama, KPU masih mengadakan verifikasi parpol yang akan ikut serta pemilu, meski demikian parpol besar yang telah lama mendominasi kursi empuk Senayan sudah mulai mengelus jagonya untuk bertarung di Pilpres. Partai Golkar telah menjagokan sang ketua umum Aburizal Bakri (Ical) menjadi Capres, meski masih ada kontroversi dijajaran DPP maupun DPDnya, juga Partai Hanura dengan langkah mantap menjagokan Wiranto maju untuk kedua kalinya sebagai Capres, Partai Nasdem boleh dikatakan pasti menjagokan Surya Paloh menjadi RI 1, tak ketinggalan partai Gerindra yang sudah sangat percaya diri mengusung Prabowo Subiyanto menjadi presiden RI yang ke 7. Meski masih malu-malu PDIP sedang mengelus putra mahkota Puan Maharani menjadi presiden mengikuti jejak ibunya, atau mungkin Mega sendiri yang  ingin maju?. Tak ketinggalan raja dangdut Roma Irama juga meramaikan bursa Capres. Kursi Senayan  (DPR) dan kursi Presiden ternyata sangat diminati para petualang politik dinegeri ini, tidak salah memang tapi seyogyanya para kandidat itu bisa mawas diri, bisoa rumangsa aja rumangsa bisa, demikian ungkapan bahasa jawa yang bermakna seseorang harus bisa mawas diri, berkaca diri, dan menanyakan pada hati nuraninya serta mau menjawab sendiri secara jujur. Dilihat dari segi usia, para kandidiat presiden ini sudah kakek-kakek dan nenek, bisa dikatakan tidak muda lagi, (kecuali beberapa orang yang masih muda, misalnya Puan Maharani), mereka bersikeras tetap mencalonkan diri karena punya kendaraan politik yang akan ditumpanginya. Bagaimana dengan calon lain yang mungkin belum mau memunculkan diri?. Sebut saja Jokowi gubernur DKI yang sekarang sedang membenahi Jakarta, panstaskah dia seandainya ada pihak-pihak yang menjagokan Jokowi sebagai Capres 2014?. Lepas dari Pro Kontra yang pasti ada, penulis akan menilai Jokowi dari beberapa aspek:

Pertama, Jokowi sosok yang sederhana, dia telah suskses mengelola bisnis mebelnya. Saya yakin Jokowi maju dalam pilkada  memperebutkan kursi walikota dan guber nur DKI karena ingin menyumbangkan tenaga dan pikirannya. Seandainya ia hanya berpikir untuk diri sendiri saja ia tak akan mau repot- repot maju pilkada, bukankah pilkada juga mengeluarkan uang yang tak sedikit?, dulu ketika menjabat sebagai walikota Jokowi tak pernah mau menerima gajinya. Gaji itu diberikan kepada orang lain yang sangat membutuhkan bantuan. Kini orang Jakarta telah sadar, ternyata faktor keserdahanaan seseorang lebih utama dalam diri pribadi seorang pemimpin. Jokowi mau blusukan keluar masuk kampung demi mengetahui kondisi riel  sesegera mungkin. Kedua faktor Kejujuran, meski sulit untuk mengetahui seseorang itu termasuk jujur atau tidak, bisa dilihat dari track recordnya, pernahkah ada koran yang memberitakan kecurangan Jokowi?. Hal ini bisa ditanyakan pula kepada orang yang selama ini menjadi lawan politiknya. Kalau hanya ingin menumpuk harta barang kali bisa lebih fokus pada perusahaan mebelnya. Ketiga Kecerdasan, publik sudah banyak yang tahu, priya kurus tinggi ini sungguh ahli dalam mengelola perusahaannya karena didukung kecerdasan otak yang cukup signifikan, sampai- sampai stafnya banyak yang ketinggalan dalam mengikuti arah kebijakannya. Pengalaman selama hampir tujuh tahun menjadi walikota, dan dengan modal pengalaman sebagai gubernur DKI, serta ketiga aspek yang kami utarakan diatas, Jokowi pantas dijagokan menjadi orang nomor satu dinegeri ini, tinggal siapa yang bakal menyediakan kendaraannya?