Kamis, 06 Juni 2013

Pilih Jenderal, Birokrat atau Kader Partai? (Menyambut Pilgub Jawa Tengah 26 Mei 2013)


Genderang perang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah tahun 2013 telah dimulai, Pengundian nomor urut pasangan cagub dan cawagub yang terkesan bertele-tele telah dilaksanakan dan hasilnya sbb: pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono mendapat nomor urut 1, pasangan Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmojo mendapat nomor urut 2 dan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjat moko mendapat nomor urut 3. Kini telah memasuki tahap krusial dalam Pilgub yaitu masa kampanye yang akan dilaksanakan dari tanggal 8 sd 22 Mei 2013, dimana rakyat Jawa Tengah akan dimanjakan untuk menghadiri pesta demokrasi yang berupa hidangan rapat umum, pawai hura-hura dan bagi-bagi kaos, sembako, dan segudang janji-janji populis, dll. Inikah hakikat kampanye?
Jumlah warga miskin di Jawa Tengah yang lebih dari 12% dari jumlah penduduk sebenarnya menjadi tantangan utama para kandidat gubernur. Selama ini rakyat Jawa Tengah khususnya telah ditelikung dengan jargon-jargon pembangunan untuk semua rakyat tapi ternyata kemiskinan tetap tak terentaskan sampai sekarang. Sejak dahulu kemiskinan tak enyah dari Jawa Tengah dan gubernur Jawa Tengah terus didominasi oleh orang kaya, lihat harta kekayaan cagub yang akan datang, sungguh sangat fantastis. (Harta kekayaan Bibit Rp. 13,17 miliar, Hadi Prabowo Rp.13,51 miliar dan Ganjar Pranowo Rp.3,07miliar).
Kalau melihat sosok para kandidat gubernur yang akan datang semua adalah orang-orang “hebat”, ada mantan sekda Provinsi, mantan jendral dan kader partai yang duduk di DPR, apakah ini bisa menjadi jaminan bisa mengentaskan kemiskinan penduduk jawa Tengah?
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada seharusnya tidak ada lagi penduduk miskin di Jawa Tengah. Kini rakyat Jawa Tengah merindu kan sosok pemimpin yang jujur dalam arti sebenarnya. Rakyat tidak butuh lagi jargon- jargon: tidak korupsi, tidak ngapusi, ngayomi, ngajeni, bali ndeso mbangun ndeso dsb. Apalagi visi dan misi yang hanya merupakan jargon politik. Kelak gubernur yang terpilih adalah sosok yang betul-betul memikirkan seluruh rakyat dan mengentaskan kemiskinan..
Pengelolaan APBD
Pengelolaan APBD provinsi Jawa Tengah harus pro rakyat miskin. Dari kalangan perburuhan tentunya mengharap gubernur mendatang adalah sosok yang memperjuangkan nasib kaum buruh (pekerja), seperti per baikan besaran UMR, penghapusan sistem outsourcing, sistem jaminan sosial dsb, karena kelompok ini yang jadi mayoritas warga miskin Jawa Tengah. Dari kalangan pendidikan tentunya juga mengharap gubernur yang akan datang adalah gubernur yang sangat memperhatikan dunia pendidikan dengan segala macam problematikanya. Dari kalangan petani tak kalah berharap tentu mengharapkan gubernur yang bisa memecahkan problem kaum tani yang semakin hari semakin bertambah miskin, demikian pula dari kaum difabel juga berharap kelak gubernur memperhatikan nasib kaum difabel, pendek kata seluruh rakyat Jawa Tengah mengharapkan sosok gubernur yang pro rakyat.
Semua ini hanya bisa terwujud jika kelak gubernur terpilih adalah sosok yang jujur dan mementingkan kesejateraan seluruh rakyat Jawa tengah. Selama ini rakyat tak pernah menuntut yang macam-macam, siapapun gubernurnya yang penting gubernur dan seluruh jajarannya adalah orang jujur.
Kinerja gubernur adalah penjabaran dalam APBD provinsi Jawa Tengah, sudah selayaknya seluruh rakyat ikut berpartisipasi dalam penyususnan APBD dan pengawa san pelakasanaannya. Kebiasaan lama seperti pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung-gedung perkantor an baru, dan seminar harus dihentikan. Utamakan dahulu pembangunan gedung-gedung sekolah dasar dibeberapa daerah yang sangat mendesak, juga gedung-gedung Puskesmas dan tak kalah pentingnya perbaikan infrastruktur yang telah rusak parah. Tak kalah pentingnya, kurangi menjadi seminimal mungkin biaya perjalanan dinas yang terkesan hanya untuk berfoya-foya.
Bebas kemiskinan
Memasuki tahun yang ke.68 kemerdekaan RI, seharusnya gubernur Jawa Tengah kelak harus mencanang kan tahun bebas kemiskinan di Jawa Tengah dengan segala cara, seperti pemberian subsidi kepada warga miskin, pengangguran dsb. Tak ada lagi bangunan sekolah atau Puskesmas yang rusak, tak ada lagi jalan dan jembatan yang roboh, tak ada lagi rumah yang tak layak huni. Rakyat sangat yakin karena ketiga calon gubernur adalah orang-orang yang “hebat”, siapapun yang kelak terpilih akan bisa melaksanakan dengan penjabaran APBD provinsi yang pro rakyat miskin
Rakyat tentu tak mau lagi dengan janji-janji calon gubernur, karena setiap calon gubernur selama ini hanya mengumbar janji, tak ada kontrak politik seandainya gubernur terpilih kelak mengingkari janji akan mundur. Hal ini sebenarnya yang perlu dilakukan dalam masa kampanye seperti saat ini. Adakah kandidat gubernur yang berani melakukan kontrak politik?.Tak ada aturan dan undang-undang yang mengharuskan demikian, jadi dalam pemilihan gubernur nanti rakyat tetap saja sangsi apakah calon pilihannya nanti mau menepati janji atau tidak. Tapi melihat para kandidat yang ketiganya termasuk orang yang “hebat”, siapapun pemenangnya nanti adalah orang yang bisa memenuhi harapan rakyat Jawa Tengah. Kini rakyat tak peduli lagi dengan siapakah parpol pengusungnya karena rakyat lebih percaya pada figur calon gubernur. Partai politik selama ini malah membuat rakyat semakin frustasi, partai mana yang bersih dari laku koruptif?.
Tak sepantasnya gubernur terpilih kelak mengecawa kan hati rakyat, anggaran pemilihan gubernur yang tak kecil jumlahnya harus diimbangi dengan kinerja gubernur yang pro rakyat. Pemilihan gubernur harus tetap menjaga ketenangan dan kesejukan kondisi wilayah Jawa Tengah. Para kandidiat harus meluruskan niyat dalam mempe rebutkan kursi gubernur. Jabatan untuk mengabdi kepada rakyat atau untuk memperkaya diri?. Jadi bagi rakyat Jawa Tengah tak ada kesulitan dalam menentukan pilihan.  Jenderal boleh, birokrat juga tak salah atau kader partai baik juga. Ajang pemilihan gubernur kali ini harus bisa membangkitkan kembali semangat rakyat Jawa Tengah untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan, karena rakyat sudah menyadari selama ini dirinya diperlakukan tidak adil oleh pemimpinnya. Semoga